Image source Depositphotos.com |
Magrib telah berlalu beberapa waktu, sebatang rokok ditariknya dari dalam kotak pembungkusnya, dibakarnya, kemudian ia hisap dalam-dalam hingga pijar di ujung batangnya membara terang. Ia semburkan asapnya ke udara dengan harapan pekatnya pikiran dan malam yang sama gelapnya sedikit memudar. Perencanaan, dan pengharapan menjadi satu dalam obrolan santai, aku menyukai musik sedangkan ia menyukai menulis.
Bagiku musik itu sebagai relaksasi, atau sebagai pengisi hampa dan kesunyian agar tidak membeku begitu saja dalam sepi. Namun salah seorang teman yang menjadi lawan bicara malam itu, sedikit membuatku berpikir lebih dalam lagi, terlebih apa yang ia katakan menyangkut tentang apa yang aku sukai "musik". Ia mengatakan bahwa dengan musik, ia merasa termotivasi untuk menulis, atau lebih tepatnya ia dapatkan sebuah ide menulis dari mendengarkan musik, atau ia merasa lancar menuangkan ide-ide dalam tulisannya karena sambil mendengarkan musik. Ia juga membenarkan bahwa kenalan ia juga sukses menulis dengan cara mendengarkan musik, atau mendapatkan ide dari mendengarkan musik.
Memang untuk hal apa yang dikatakan oleh temanku tentang musik sebagai motivasi menulis itu aku membenarkan, sebab aku memang sering menulis sambil mendengarkan musik, dan ada beberapa tulisan saya dalam blog ini karena mendengarkan musik. Terkadang aku juga sering meng-twit di Twitter dari potongan-potongan lirik dari lagu yang aku dengarkan dengan sedikit penambahan kata atau kalimat yang terkembang menjadi kalimat yang baru.
Good idea ... menulis sambil dengerin musik.
ReplyDeleteAku percaya musik mampu mempengaruhi mood seseorang.
Kalo aku sendiri saat nulis dengerin musik yang kedengeran slow, rasanya lebih ngluarin ide menulis.
kebanyakan lagu melow lebih ampuh daripada lagu yang menghentak. Terkadang aku juga mengetwit dengan lagu yang menghentak(untuk sebuah perlawanan)
DeleteMantap..
ReplyDeleteterima kasih telah berkunjung
Delete